.

.
Selamat Datang di blog USNA
animasi bergerak naruto dan onepiece

Kamis, 10 Oktober 2013

TEORI KOGNITIF



A.                Konsep dan Perkembangan Teori Belajar Kognitif
Istilah kognitif sendiri walau banyak dipopularkan oleh piaget dengan teori perkembangan kognitifnya, sebenarnya telah dikembangkan oleh Wilhelm Wundt (Bapak Psikologi). Menurut Wundt kognitif adalah sebuah proses aktif dan kreatif yang bertujuan membangun struktur melalui
pengalaman-pengalaman. Wundt percaya bahwa pikiran adalah hasil kreasi para siswa yang aktif dan kreatif yang kemudian disimpan dalam memori (DiVesta, 1987 dalam buku: Belajar dan Pembelajaran. Prof.. Dr. Suyono, Mpd. & Drs. Hariyanto,M.S.)
Ada lima gagasan pokok yang melandasi revolusi kognitif ini seperti dinyatakan oleh Steven Pinker (2002), yaitu:
1.      Dunia mental (pikiran) dapat dibumikan pada dunia fisis mellalui konsep-konsep tentang informasi, komputasi dan umpan balik.
2.      Pikiran tidak mungkin seperti papan tulis kosong karena papan tulis kosong tidak dapat berbuat apa-apa.
3.      Suatu rentang yang tidak terbatas menyangkut perilaku dapat dibangkitkan oleh program-program gabungan tertentu di dalam pikiran.
4.      Mekanisme mental universal dapat menjadi dasar timbulnya berbagai macam variasi tindakan lintas budaya.
5.      Pikiran adalah suatu sistem kompleks yang tersusun dari bagian-bagian yang saling berinteraksi.
Perspektif kognitif membagi jenis pengetahuan menjadi tiga, yaitu sebagai berikut.
1.      Pengetahuan deklaratif, yaitu pengetahuan yang dapat dinyatakan dalam bentuk kata atau disebut pula pengetahuan konseptual. Pengetahuan deklaratif rentangnya luas, dapat tentang fakta, konsep, generalisasi, pengalaman pribadi atau tentang hukum dan aturan.
2.      Pengetahuan prosedural, yaitu pengetahuan tentang tahap-tahap atau proses-proses yang harus dilakukan, atau pengetahuan tentang bagaimana melakukan (how to do). Pengetahuan ini dicirikan oleh adanya praktik atau implementasi dari suatu paham.
3.      Pengetahuan kondisional, yaitu pengetahuan tentang kapan dan mengapa (when and why) suatu pengetahuan deklaratif dan pengetahuan prosedural digunakan. Pengetahuan ini terkait dengan bagaimana mengimplementasikan baik pengetahuan deklaratif, maupun pengetahuan prosesdural. Pengetahuan ini amat penting karena menentukan kapan penggunaan konsep dan prosedur yang tepat dalam pemecahan masalah.
B.                 Tokoh-Tokoh Teori Belajar Kognitif
1.      Jean Piaget
Menurut Jean Piaget, bahwa proses belajar sebenarnya terdiri dari tiga tahapan, yaitu :
·         Asimilasi.
·         Akomodasi.
·         Equilibrasi (penyeimbangan).
Proses belajar yang dialami seorang anak pada tahap sensori motorik tentu lain dengan yang dialami seorang anak yang sudah mencapai tahap kedua (pra-operasional) dan lain lagi yang dialami siswa lain yang telah sampai ke tahap yang lebih tinggi (operasional kongrit dan perasional formal). Jadi, secara umum, semakin tinggi tingkat kognitif seseorang, semakin teratur (dan juga semakin abstrak) cara berfikirnya.
Belajar akan lebih berhasil apabila disesuaikan dengan tahap perkembangan kognitif peserta didik. Peserta didik hendaknya diberi kesempatan untuk melakukan eksperimen dengan obyek fisik, yang ditunjang oleh interaksi dengan teman sebaya dan dibantu oleh pertanyaan tilikan dari guru. Guru hendaknya banyak memberikan rangsangan kepada peserta didik agar mau berinteraksi dengan lingkungan secara aktif, mencari dan menemukan berbagai hal dari lingkungan.
2.      David Ausubel
Menurut Ausubel, siswa akan belajar dengan baik jika “pengatur kemajuan (belajar)” didefinisikan dan dipresentasikan dengan baik dan tepat kepada siswa. Pengatur kemajuan belajar adalah konsep atau informasi umum yang mewadahi (mencakup) semua isi pelajaran yang akan diajarkan kepada siswa. David Ausubel merupakan salah satu tokoh ahli psikologi kognitif yang berpendapat bahwa keberhasilan belajar siswa sangat ditentukan oleh kebermaknaan bahan ajar yang dipelajari. Dengan demikian kunci keberhasilan belajar terletak pada kebermaknaan bahan ajar yang diterima atau yang dipelajari oleh siswa.. Ausubel tidak setuju dengan pendapat bahwa kegiatan belajar penemuan lebih bermakna dari pada kegiatan belajar. Dengan ceramahpun asalkan informasinya bermakna bagi peserta didik, apalagi penyajiannya sistimatis akan diperoleh hasil belajar yang baik pula. Ausubel mengidentifikasikan empat kemungkinan tipe belajar, yaitu:
·         Belajar dengan penemuan yang bermakna.
·         Belajar dengan ceramah yang bermakna.
·          Belajar dengan penemuan yang tidak bermakna.
·         Belajar dengan ceramah yang tidak bermakna.
3.      Jerome Bruner
Menurut Bruner, pembelajaran hendaknya dapat menciptakan situasi agar mahasiswa dapat belajar dari diri sendiri melalui pengalaman dan eksperimen untuk menemukan pengetahuan dan kemampuan baru yang khas baginya. Dari sudut pandang psikologi kognitif, bahwa cara yang dipandang efektif untuk meningkatkan kualitas output pendidikan adalah pengembangan program-program pembelajaran yang dapat mengoptimalkan keterlibatan mental intelektual pembelajar pada setiap jenjang belajar.
Dalam teori belajar, Jerome Bruner berpendapat bahwa kegiatan belajar akan berjalan baik dan kreatif jika siswa dapat menemukan sendiri suatu aturan atau kesimpulan  tertentu. Dalam hal ini Bruner membedakan menjadi tiga tahap. Ketiga tahap itu adalah:
a.       Tahap informasi, yaitu tahap awal untuk memperoleh pengetahuan atau pengalaman baru.
b.      Tahap transformasi, yaitu tahap memahami, mencerna dan menganalisis pengetahuan baru serta mentransformasikan dalam bentuk baru yang mungkin bermanfaat untuk hal-hal yang lain.
c.       evaluasi, yaitu untuk mengetahui apakah hasil tranformasi pada tahap kedua tadi benar atau tidak. Bruner mempermasalahkan seberapa banyak informasi itu diperlukan agar dapat ditransformasikan .
Perlu Anda ketahui, tidak hanya itu saja namun juga ada empat tema pendidikan yaitu:
a.       Mengemukakan pentingnya arti struktur pengetahuan.
b.      Kesiapan (readiness) siswa untuk belajar.
c.       Nilai intuisi dalam proses pendidikan dengan intuisi.
d.      Motivasi atau keinginan untuk belajar siswa, dan cara untuk memotivasinya.
Dengan demikian Bruner menegaskan bahwa mata pelajaran apapun dapat diajarkan secara efektif dengan kejujuran intelektual kepada anak, bahkan dalam tahap perkembangan manapun. Bruner beranggapan bahwa anak kecilpun akan dapat mengatasi permasalahannya, asalkan dalam kurikulum berisi tema-tema hidup, yang dikonseptualisasikan untuk menjawab tiga pertanyaan. Berdasarkan uraian di atas, teori belajar Bruner dapat disimpulkan bahwa, dalam proses belajar terdapat tiga tahap, yaitu informasi, trasformasi, dan evaluasi. Lama tidaknya masing-masing tahap dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain banyak informasi, motivasi, dan minat siswa.
4.      Mex Wertheimenr
Psikologi mulai berkembang dengan lahirnya teori belajar Gestalt. Peletak dasar pisiologi Gestalt adalah Mex Wertheimenr tahun1880-1943 yang meneliti tentang pengamatan dalam problem solving. Dari pengamatannya ia sangat menyesalkan penggunaan metode menghafal disekolah dan menghendaki agar murid belajar dengan pengertian bukan hafalan akademis (dalam Riyanto,2002).
Suatu konsep yang terpenting dalam teori Gestalt adalah tentang pengamatan dan pemahaman mendadak terhadap hubungan-hubungan antara bagian-bagian dalam suatu situasi permasalahan. Dalam pelaksanaan pembelajaran dengan teori Gestalt guru tidak memberikan potongan-potongan atau bagian-bagian bahan ajaran, tetapi selalu satu kesatuan yang utuh.Guru memberikan suatu kesatuan situasi atau bahan yang mengandung persoalan-persoalan, dimana anak harus berusaha menemukan hubungan antar bagian.
Menurut teori Gestalt ini pengamatan manusia pada awalnya bersifat global terhadap objek-objek yang dilihat, karena itu belajar harus dimulai dari keseluruhan, baru kemudian berproses kepada bagian-bagian. Pengamatan artinya proses menerima, menafsirkan dan memberi arti rangsangan yang masuk melalui indra-indra seperti mata dan telinga.
5.      Kurt Lewin
Kurt Lewin, mengembangkan suatu teori belajar Conitive-Field dengan menaruh perhatian kepada kepribadian dan psikologi sosial. Menurut Lewin, belajar berlangsung sebagai akibat dari perubahan dalam struktur kognitif. Lewin berpendapat bahwa tingkah laku merupakan hasil interaksi antar kekuatan baik yang berasal dari individu seperti tujuan, kebutuhan tekanan kejiwaan maupun yang berasal dari luar individu seperti tantangan dan permasalahan.
C.                Penerapan Teori Belajar Kognitif dalam pembelajaran di SD
Menurut Piaget (William C. Crain) adalah benar bahwa belajar tidak harus berpusat pada guru atau tenaga kependidikan, tetapi anak harus lebih aktif. Oleh karenanya peserta didik harus dibimbing agar aktif menemukan sesuatu yang dipelajarinya. Konsekuensinya materi yang dipelajari harus menarik minat belajar peserta didik dan menantang sehingga mereka asyik dan terlibat dalam proses pembelajaran.
Kesadaran anak akan keterlibatannya dalam proses pembelajaran perlu diarahkan guru. Oleh karena itu guru atau pendidik harus terlibat bersama peserta didik dalam proses belajar itu.
Selain itu Piaget juga mengisyaratkan bahwa kemampuan berpikir anak dengan orang dewasa itu berbeda. Implikasinya berarti bahwa sekuensi (urutan) bahan pembelajaran dan metode pembelajaran harus menjadi perhatian utama. Berikut ini beberapa pemikiran piaget yang dapat diterapkan untuk mendidik anak (Elkind, 1976; Heuwinkel, 1996 dalam buku Perkembangan Anak, John W. Santrock)
a.       Gunakan pendekatan konstruktif..
b.      Melakukan pembelajaran fasilitatif alih-alih pembelajaran langsung
c.       Pertimbangkan pengetahuan anak dan tingkat pemikiran mereka.
d.      Gunakan penilaian yang berkesinambungan.
e.       Tingkatkan kesehatan intelektual murid.
f.       Ubahlah ruang kelas menjadi ruang eksplorasi dan penemuan.

0 komentar:

Posting Komentar

Mario